Keracunan Massal Guncang SMPN 1 Boyolangu, Wali Murid Desak Program MBG Ditiadakan

TULUNGAGUNG, Radarfakta – Dunia pendidikan di Kabupaten Tulungagung kembali dikejutkan dengan insiden serius. Puluhan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Boyolangu mengalami dugaan keracunan massal setelah menyantap menu dari program Makanan Bergizi (MBG) yang dibagikan di sekolah. Peristiwa yang terjadi pada Senin (13/10/2025) ini tak hanya memicu kepanikan, tetapi juga memunculkan tuntutan keras dari para wali murid agar program MBG dihentikan total.

Berdasarkan data yang dihimpun, sedikitnya 62 siswa SMPN 1 Boyolangu merasakan gejala keracunan, seperti mual, pusing, dan muntah, setelah mengonsumsi makanan yang disediakan melalui program MBG. Dari puluhan siswa tersebut, empat di antara nya terpaksa dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Karneni Campurdarat untuk mendapatkan penanganan medis yang lebih intensif, sementara sisanya ditangani di Puskesmas Boyolangu.

Salah seorang wali murid, Bambang Nur Suwito, mengaku langsung bergegas menuju Puskesmas setelah menerima kabar dari tetangganya bahwa anaknya turut menjadi korban. “Tadi diberitahu oleh tetangga kondisi anak saya yang keracunan. Saat ini kondisi [anak saya] sudah membaik setelah sempat mual dan pusing,” ujar Bambang saat ditemui di Puskesmas, Senin (13/10/2025).

Kondisi yang berulang ini menimbulkan kekhawatiran yang mendalam di kalangan orang tua. Bambang Nur Suwito secara tegas menyuarakan harapan agar program MBG yang didanai pemerintah daerah tersebut ditiadakan. Ia beralasan bahwa kasus keracunan makanan yang terjadi dalam program sejenis sudah terlalu sering terjadi di berbagai daerah, dan informasi tersebut cepat tersebar di media sosial, menimbulkan rasa was-was.

“Harapannya sih MBG ditiadakan saja, karena sudah banyak terjadi kasus keracunan dan informasinya cepat menyebar di medsos,” tegas Bambang. Ia bahkan mengaku sudah berpesan khusus kepada anaknya untuk tidak lagi menyentuh menu MBG yang dibagikan sekolah, sebagai langkah antisipasi dini terhadap keracunan. Tuntutan ini mencerminkan trauma kolektif orang tua terhadap risiko kesehatan yang mengintai anak-anak mereka di lingkungan sekolah.

Tim Radarfakta kemudian bergerak cepat menemui Kepala SMPN 1 Boyolangu, Bapak Adi Sutignyo. Dari keterangan Kepala Sekolah, terungkap fakta penting terkait pasokan menu MBG. Bapak Adi menjelaskan bahwa program MBG di sekolahnya selama kurang lebih empat bulan terakhir dipasok oleh pihak dari SPPG (Sentra Pelayanan Pendidikan Gizi) Pojok. Namun, menu yang diduga menyebabkan keracunan kali ini berasal dari pemasok yang berbeda, yakni SPPG tanggung Yayasan Gusti Maringi Mukti, yang baru mengirimkan menu pada hari ini (13/10/2025).

Sebagai pihak penerima manfaat program, Bapak Adi Sutignyo secara diplomatis namun tegas menyarankan agar program MBG dihentikan sementara waktu (hold). Saran ini didasarkan pada dua pertimbangan utama:

Menunggu keputusan dan evaluasi dari pihak-pihak terkait, termasuk Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan.

Mempertimbangkan trauma yang dialami oleh para siswa yang terdampak insiden keracunan.

Saran dari Kepala Sekolah ini secara implisit menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk melakukan audit menyeluruh terhadap standar keamanan dan kebersihan makanan yang disediakan oleh penyedia jasa MBG, terutama setelah adanya pergantian pemasok yang ironisnya langsung diikuti oleh insiden keracunan.(tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Deskripsi gambar