Trenggalek,Radarfakta– Kabupaten Trenggalek kembali bersiap untuk menghelat pesta budaya tahunannya, Festival Jaranan Terbuka Trenggalek ke-29. Namun, gelaran kali ini menjanjikan sesuatu yang berbeda dan lebih istimewa. Tidak hanya sekadar ajang pertunjukan, festival ini akan menjadi panggung kolaborasi yang erat antara pemerintah dan komunitas seniman jaranan lokal.
Perbedaan mendasar ini disampaikan langsung oleh Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin. Jika pada tahun-tahun sebelumnya rangkaian acara lebih banyak dikendalikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, kali ini peran sentral akan diberikan kepada para seniman jaranan itu sendiri. Keterlibatan langsung ini diharapkan dapat membangkitkan semangat dan totalitas para pelaku seni dalam melestarikan kesenian jaranan.
Bupati Arifin mengungkapkan kegembiraannya melihat antusiasme para seniman, terutama dari kalangan muda, yang bersemangat untuk menghidupkan kembali jaranan. “Saya senang jika ada orang yang memiliki passion untuk menghidupi jaranan ini lebih terkait dengan anak-anak muda, terkait dengan masa kini, tetapi tidak meninggalkan sebuah legacy,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa perkembangan kesenian jaranan di Trenggalek begitu pesat. Bahkan, banyak sekolah yang kini memiliki kelompok jaranan sendiri, menjadikan setiap pementasan selalu dipadati penonton. Fakta ini memperkuat klaim Trenggalek sebagai “Buminya Jaranan” atau “Jaranan World“. Sebuah klaim yang didukung oleh rekam jejak festival yang telah bertahan sejak tahun 1995 hingga kini.
Salah satu kekayaan budaya asli Trenggalek yang akan menjadi sorotan utama adalah Jaranan Turangga Yaksa. Kesenian ini memiliki makna filosofis yang dalam. “Turangga Yaksa ini merepresentasikan setiap manusia punya sesuatu yang sangat besar yang perlu dikendalikan, yaitu hawa nafsu,” jelas Bupati Arifin, sembari menjelaskan bahwa Turangga berarti kuda dan Yaksa berarti raksasa.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Trenggalek, Sunyoto, menjelaskan bahwa rangkaian festival akan dimulai pada bulan Agustus dengan agenda kunjungan ke berbagai komunitas jaranan di seluruh Trenggalek. “Nanti panitia akan keliling untuk bersilaturahmi dan menggali berbagai persoalan dan potensi di masing-masing kelompok,” katanya. Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh tentang kondisi seni jaranan di Trenggalek saat ini.
Puncak acara akan diselenggarakan selama sepekan penuh dan akan menampilkan peserta dari dalam maupun luar kota. Perlombaan utama akan dibagi menjadi dua kategori: Jaranan Turangga Yaksa dan non-Turangga Yaksa.
Tak hanya pertunjukan di panggung, festival ini juga akan dimeriahkan dengan pameran di area pendopo. Pameran ini akan menampilkan berbagai pernak-pernik, sejarah, dan elemen lain terkait jaranan. Hal ini sejalan dengan harapan Sunyoto agar festival kali ini lebih dari sekadar kompetisi. “Insyaallah ini akan lebih meriah dan bukan sekadar lomba di panggung saja,” imbuhnya.
Dengan segala inovasi dan kolaborasi yang diusung, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Trenggalek menargetkan Festival Jaranan Terbuka ke-29 ini bisa masuk ke dalam Karisma Event Nusantara dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Masuknya festival ini ke dalam daftar 100 event terbaik di Indonesia tentu akan menjadi pengakuan bergengsi dan membuka jalan bagi kesenian jaranan Trenggalek untuk dikenal lebih luas di kancah nasional.(tier)