Tulungagung,Radarfakta-RSUD Dr. Iskak Tulungagung kembali mendapat sorotan positif atas inovasi dan komitmennya dalam pengendalian resistensi antimikroba (AMR). Pada hari Selasa, 9 September 2025, perwakilan dari Nuffic (the Netherlands Organisation for International Cooperation in Higher Education), sebuah organisasi independen non-profit yang berbasis di Den Haag, Belanda, melakukan kunjungan langsung untuk mengamati implementasi Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA).
Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama internasional dan apresiasi atas keberhasilan rumah sakit dalam mengelola penggunaan antibiotik. Delegasi Nuffic Southeast Asia, yang dipimpin oleh Dr. dr. Ralalicia Limato, MPH, mengadakan pertemuan di Ruang Auditorium Gedung IDIK lantai 2. Mereka secara spesifik tertarik untuk mendiskusikan pengalaman, capaian, serta kebutuhan lanjutan dari Tim PPRA/PGA (Penatagunaan Antibiotik) di RSUD Dr. Iskak.
RSUD Dr. Iskak terpilih sebagai salah satu rumah sakit percontohan untuk mengimplementasikan Drive AMS (Antimicrobial Stewardship Masterclass). Ini adalah sebuah program pengendalian resistensi antimikroba yang diinisiasi di Belanda pada tahun 2019. Program ini mengedepankan pendekatan berbasis perubahan perilaku yang disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan unik masing-masing rumah sakit.
Pemilihan RSUD Dr. Iskak tidak lepas dari komitmennya yang telah diakui secara nasional. Sebelumnya, pada Oktober 2024, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO menggelar pertemuan untuk meningkatkan kompetensi Drive AMS di rumah sakit-rumah sakit Indonesia. RSUD Dr. Iskak dinilai berhasil menerjemahkan intervensi ini dengan sangat baik.
Mewakili Plt. Direktur RSUD Dr. Iskak, Sujianto, S.Kep.Ners, MMRS, selaku Kepala Bidang Penunjang Pelayanan, menyampaikan apresiasi mendalam atas kepercayaan Nuffic. “Kami sangat terbuka untuk masukan terkait pengelolaan antimikroba,” ujarnya.
Sujianto juga menjelaskan bahwa RSUD Dr. Iskak memiliki program andalan dalam mengendalikan resistensi antimikroba yang disebut MARMER (Mencegah Antibiotik Resisten Melalui Efisiensi Restriksi). Program ini dirancang untuk mencegah dan menurunkan kejadian mikroba resisten, kondisi di mana bakteri, virus, jamur, dan parasit tidak lagi merespons obat.
Yang membuat program ini istimewa adalah efisiensi biayanya. MARMER didukung penuh oleh manajemen rumah sakit karena tidak menyedot anggaran besar namun memberikan capaian mutu yang luar biasa.
Dr. Rendra Bramanthi, Sp. MK, Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik RSUD Dr. Iskak, memaparkan secara detail implementasi program MARMER. Program ini terdiri dari empat intervensi utama:
- Intervensi PGA: Meliputi kontrol penggunaan antibiotik harian dan bulanan, penggunaan e-LPD (lembar pemantauan penggunaan antibiotik), checklist order e-Resep, dan restriksi otomatis untuk antibiotik khusus. Sosialisasi rutin juga dilakukan kepada dokter penanggung jawab pasien (DPJP) untuk mendorong penggunaan antibiotik yang bijak.
- Intervensi Mikroklinik
- Intervensi Farmasi Klinik
- Intervensi PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
Efisiensi yang dihasilkan dari penerapan ini telah mendapat pujian tinggi, termasuk dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Saat berkunjung pada 2 Februari 2023, Budi Gunadi bahkan menyebut RSUD Dr. Iskak sebagai rumah sakit percontohan di Indonesia dalam hal PPRA yang efektif dan ekonomis.
Kunjungan delegasi Nuffic diakhiri dengan tinjauan lapangan ke Ruang Rawat Inap Dahlia, tempat pasien penyakit dalam dan paru dirawat. Ruangan ini menjadi bukti nyata bagaimana program MARMER diterapkan secara langsung dalam praktik klinis sehari-hari, memastikan pasien mendapatkan perawatan yang optimal dengan penggunaan antibiotik yang tepat guna.(red)