- Prajurit Kodim Bojonegoro Gelar Latihan Pencak Silat Militer
- Boyong Natapraja dan Sedekah Bumi 2025 di Nganjuk Dengan Tama \" Notoprojo Bersinergi Membangun Nege
- Skandal di DLH Tulungagung: Bertahun-tahun Operasikan Kendaraan bodong
- Pembangunan Jembatan Bantengan Mendesak : Prioritas Keselamatan Warga
- Medhayoh di Temayang, Bupati Wahono Berdialog tentang Potensi Wisata Lokal
- Jelang pengesahan PSHT tiga polres kompak jaga kondusifitas wilayah
- Transparansi Anggaran Pendidikan Dipertanyakan: Dana MKKS SMK Tulungagung Diduga Menguap ke OKNUM
- Sah! Tapi dengan Catatan: DPRD Minta Pemkab Benahi Sektor Parkir dan Wisata
- Dugaan Karyawan PT SAI Mengalami Intimidasi dan Ancaman PHK, DPC F Hukatan KSBSI nganjuk Turun Tanga
- Ratusan Warga Dusun Suru Gelar Acara Bersih Desa dengan Tasyakuran, Wujud Syukur dan Silaturahmi
Boyong Natapraja dan Sedekah Bumi 2025 di Nganjuk Dengan Tama \" Notoprojo Bersinergi Membangun Nege

Nganjuk, RadarFakta- Pemerintah Kabupaten Nganjuk kembali menggelar prosesi adat Boyong Natapraja dan Sedekah Bumi 2025 dengan penuh khidmat dan kemeriahan. Kegiatan ini menjadi simbol penghormatan terhadap sejarah penting perpindahan pusat pemerintahan dari Berbek ke Nganjuk yang terjadi pada 6 Juni 1880, sekaligus bentuk rasa syukur atas berkah bumi dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan mengusung tema " Notoprojo Bersinergi Membangun Negeri,” prosesi ini dipimpin langsung oleh Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi dan Wakil Bupati Trihandy Cahyo Saputro. Dalam momen sakral tersebut, dua pusaka kebanggaan Kabupaten Nganjuk, Tombak Kiai Jurang Penatas dan Payung Kiai Tunggul Wulung, secara simbolis diserahkan kepada Bupati dan Wakil Bupati. Kedua pusaka itu menjadi lambang kekuatan, kepemimpinan, serta perlindungan terhadap masyarakat dan daerah.
Baca Lainnya :
- Dugaan Karyawan PT SAI Mengalami Intimidasi dan Ancaman PHK, DPC F Hukatan KSBSI nganjuk Turun Tanga0
- Ratusan Warga Dusun Suru Gelar Acara Bersih Desa dengan Tasyakuran, Wujud Syukur dan Silaturahmi0
- Momentum Iduladha, Bupati Nganjuk Salurkan Hewan Kurban sebagai Simbul Keikhlasan dan Solidaritas0
- Bupati Nganjuk Lantik 278 Pejabat Fungsional Pendidikan, Tekankan Komitmen Nol Rupiah0
- Karyawan PT SAI Nganjuk Dikritik Warga karena Gaya Berkendara yang Berbahaya0
Arak-arakan pusaka dimulai dari titik awal hingga tiba di Pendapa KRT Sosrokoesoemo, menggunakan kereta kuda yang dikawal barisan perangkat daerah, lembaga vertikal, pelajar, pelaku usaha, hingga masyarakat umum. Ribuan warga tumpah ruah di sepanjang jalan, menunjukkan antusiasme tinggi terhadap warisan budaya yang terus dijaga keberlangsungannya.
Puncak acara ditandai dengan Sedekah Bumi, prosesi adat yang melibatkan 20 gunungan hasil bumi lokal dari seluruh kecamatan se-Kabupaten Nganjuk. Gunungan yang terdiri dari hasil pertanian, buah-buahan, dan aneka palawija ini diarak menuju pendapa dan didoakan bersama sebagai ungkapan syukur atas anugerah alam. Seusai doa, masyarakat beramai-ramai memperebutkan gunungan tersebut, menciptakan suasana semarak penuh kegembiraan dan kebersamaan.
Dalam sambutannya, Bupati Marhaen Djumadi menegaskan bahwa Boyong Natapraja dan Sedekah Bumi bukan sekadar seremoni adat, tetapi bentuk nyata pelestarian nilai-nilai sejarah dan budaya yang menjadi fondasi jati diri Nganjuk.
“Melalui prosesi ini, kita merawat ingatan kolektif sebagai bangsa dan sebagai warga Nganjuk. Kita bangun sinergi antara pemerintah dan masyarakat untuk menjaga warisan leluhur sekaligus mendorong potensi budaya sebagai kekuatan pariwisata daerah,”ungkap Bupati Marhaen.
Acara berlangsung aman, tertib, dan penuh makna. Pemerintah Kabupaten Nganjuk berharap Boyong Natapraja dan Sedekah Bumi dapat terus menjadi agenda budaya tahunan yang memperkuat identitas lokal, serta mempererat rasa cinta masyarakat terhadap tanah kelahirannya. ( san)
